Dalam kehidupan sebagai orang percaya, pengampunan merupakan salah satu pilar penting yang diajarkan Yesus Kristus. Banyak orang memahami pengampunan sebagai tindakan memaafkan kesalahan orang lain, namun Pengampunan dalam Kekristenan memiliki makna yang lebih dalam, menyentuh aspek rohani, emosional, dan relasional.
Artikel ini akan membahas arti pengampunan menurut iman Kristiani, tujuan utamanya, serta bagaimana kita sebagai umat percaya dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengampunan dalam Kekristenan Menurut Ajaran Yesus
Dasar Pengampunan dalam Kekristenan dari Kitab Suci
Pengampunan adalah inti dari banyak ajaran Yesus. Dalam Matius 6:14–15, Yesus berkata, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.” Ayat ini menekankan bahwa pengampunan yang kita berikan kepada sesama berkaitan erat dengan pengampunan yang kita terima dari Allah.
Dalam doa Bapa Kami, Yesus juga mengajarkan agar kita berkata: “Ampunilah kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Ini menunjukkan bahwa pengampunan bukan hanya sebuah pilihan, melainkan perintah yang harus dijalankan oleh setiap pengikut Kristus.
Tujuan Pengampunan Dalam Kekristenan Menurut Iman Kristiani
1. Memulihkan Hubungan dengan Allah
Dosa memisahkan manusia dari Allah. Namun, melalui pengampunan, kita dipulihkan dan diterima kembali sebagai anak-anak-Nya. Pengorbanan Yesus di kayu salib adalah bukti kasih terbesar Allah yang memberikan pengampunan kepada umat manusia. Tanpa pengampunan, tidak ada pemulihan hubungan rohani dengan Sang Pencipta.
2. Membebaskan Diri dari Kepahitan
Mengampuni bukan hanya bermanfaat bagi orang yang diampuni, tetapi juga bagi diri sendiri. Dalam Kekristenan, mengampuni berarti melepaskan beban kebencian, dendam, dan kepahitan yang dapat menggerogoti hati. Dengan mengampuni, kita memberi ruang bagi damai sejahtera untuk tinggal di dalam hati.
3. Membangun Komunitas yang Sehat
Komunitas gereja atau masyarakat Kristen yang kuat adalah komunitas yang saling mengampuni. Kesalahan pasti terjadi dalam hubungan antar manusia, tetapi sikap saling mengampuni akan membangun kepercayaan, kesatuan, dan kasih yang tulus.
Tantangan dalam Melaksanakan Pengampunan dalam Kekristenan
1. Luka yang Terlalu Dalam
Tidak jarang seseorang merasa sulit mengampuni karena rasa sakit yang ditinggalkan terlalu dalam. Namun, Kekristenan tidak meminta kita melupakan kesalahan, melainkan memilih untuk tidak membiarkan kesalahan itu mengontrol hidup kita.
2. Takut Mengulang Kesalahan yang Sama
Beberapa orang enggan mengampuni karena khawatir pihak yang bersalah akan mengulangi perbuatannya. Dalam kasus ini, pengampunan tetap bisa diberikan, namun disertai dengan kebijaksanaan untuk menjaga jarak atau memberi batasan yang sehat.
3. Merasa Tidak Adil
Pengampunan sering dianggap memberi keuntungan bagi pelaku kesalahan. Namun dalam ajaran Kristiani, pengampunan adalah bentuk penyerahan kepada Tuhan—bahwa keadilan sejati berasal dari Dia, bukan dari manusia.
Cara Menghidupi Pengampunan dalam Kekristenan di Kehidupan Sehari-hari
Berdoa untuk Kekuatan dan Ketulusan
Mengampuni bukan perkara mudah. Maka langkah awal yang bisa diambil adalah berdoa memohon kekuatan dan ketulusan hati untuk melepaskan rasa sakit dan mengampuni dengan kasih.
Mengingat Pengampunan yang Sudah Kita Terima
Saat merasa sulit mengampuni, ingatlah bahwa kita sendiri telah diampuni oleh Allah atas banyak kesalahan. Kesadaran ini akan melembutkan hati dan memberi perspektif yang lebih luas.
Melatih Hati untuk Tidak Membalas Kejahatan
Roma 12:19 berkata, “Janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah.” Latihlah hati untuk membalas kejahatan dengan kebaikan, dan membiarkan Tuhan yang bekerja dalam hati setiap orang.
Kesimpulan
Pengampunan dalam Kekristenan bukan sekadar tindakan memaafkan, melainkan bagian dari hidup yang mencerminkan kasih dan belas kasih Allah. Melalui pengampunan, kita membangun hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan dan sesama, serta memerdekakan diri dari beban emosional.
Mengampuni bukan berarti melupakan, tetapi memilih untuk berjalan dalam kasih, damai, dan pengharapan. Sebab saat kita mengampuni, kita sedang meneladani kasih Kristus yang terlebih dahulu mengampuni kita.
Baca juga : Panduan Baptisan dalam Gereja Baptis: Syarat, Makna, dan Prosesnya